Apa yang terjadi ketika seseorang yang sedang berada di puncak kejayaan dalam karirnya tiba-tiba harus berhenti? Tidak sedikit orang yang baru mencapai impian terbesarnya pada saat paruh baya, padahal waktu itu dia sudah tidak lagi termasuk usia produktif.
Saat orang kehilangan pengaruh, kekuasaan atau jabatan yang diembannya, kemungkinan yang terjadi adalah kesan tentang harga diri yang menurun. Kita mengenalnya dengan post power syndrome yang diikuti dengan perasaan tidak lagi bermanfaat, tidak dihormati, lebih sensitif dan lebih mudah tersinggung.
Daftar isi
Motivasi dan Perasaan Takut
Kali ini kita akan membahas tentang motivasi dan perasaan takut. Ada orang yang sepanjang hidupnya termotivasi oleh pencapaian, ada yang menghindari sesuatu yang ditakuti. Keduanya ada dalam setiap diri manusia, untuk sebab yang berbeda-beda. Jelas bahwa motivasi dan rasa takut itu tidak terlepaskan.
Ada sekian banyak motivasi yang menggerakkan kita setiap hari untuk berbuat sesuatu: karena rasa cinta kasih, karena kebutuhan biologis, kesehatan, kenyamanan, status sosial, dan sebagainya. Namun, disadari atau tidak, motivator utama kita adalah rasa takut.
Itu adalah pendorong yang kuat dari perilaku kita, sehingga dapat juga menjadi dasar bagi setiap motivator lain dalam hidup kita. Orang yang merasakan ketakutan sebagai motivator utama, itu adalah karena pengalaman masa kecil yang sering dilarang-larang untuk melakukan sesuatu, dan itu menggerakkan diri secara berkelanjutan sampai dewasa.
Sebenarnya rasa takut itu wajar dan bermanfaat dalam kadar tertentu. Saat diri kita menyadari ketakutan pada sesuatu dan berhasil menaklukkannya, bukankah itu menjadi kemenangan tersendiri? Sensasi kemenangan seperti inilah yang kita butuhkan dalam hidup. Ini berlaku pada banyak aspek kehidupan, pribadi maupun profesional.
Saat orang berhasil meraih sesuatu, secara naluriah, ia akan menjaga sedemikian rupa agar tidak kehilangan. Ada yang berpendapat begini “Meraih kesuksesan—dalam bentuk apapun, itu memang tidak mudah. Tapi ternyata itu masih lebih mudah daripada mempertahankannya.” Apa Anda termasuk orang yang menganut prinsip itu?
Post Power Syndrome, Setelah Itu Apa?
Power dan prestise yang menyertainya bisa terkait kehormatan dan reputasi individu. Orang-orang tertentu, mungkin termasuk Anda, mengerti bahwa ‘power’ itu harus diperjuangkan. Dipandang dari sisi positif, power adalah kemampuan seseorang untuk memberi pengaruh, membangun loyalitas melalui karisma, kepemimpinan, dan keterampilan manajemen.
Ada korelasi antara ketakutan dan kadar kekuatan yang dicari orang. Motivasi individu untuk kekuasaan adalah untuk mendapatkan kesempatan berkontribusi pada lingkungannya. Sejumlah sikap tertentu adalah naluri bertahan hidup yang sehat dan alami, tetapi setelah itu menjadi berbahaya, ketika seseorang menjadi terlalu takut menghadapi kenyataan.
Tentunya risiko tersebut bisa diantisipasi dengan persiapan psikologis dan persiapan finansial masa pensiun. Persiapannya pun tidak ala kadarnya. Bukan hanya tips yang bisa Anda dapatkan sendiri dengan membaca di internet.