Membangun usaha rintisan (startup) mungkin terlihat sebagai pilihan yang menarik dan menantang di zaman sekarang. Apakah Anda pernah kepikiran begitu? Ingin punya sebuah bisnis startup yang menjadi solusi bagi kehidupan masyarakat. Ya meskipun kita sama-sama tahu bahwa itu pastinya tidak mudah.
Bahkan, seiring waktu, Anda pun makin paham tentang kegagalan dan kesalahan yang sangat bodoh. Baiklah, dengan begitu Anda belajar hal penting. Pada saat yang lain, Anda pun cukup beruntung untuk berhasil beberapa kali.
Sepanjang perjalanan, kita dapat memahami beberapa alasan bahwa sebagian startup gagal, dan yang lebih penting: bagaimana sebagian lainnya sangat berhasil?
9 dari 10 Startup Gagal?
Berapa banyak startup yang gagal? Konon, sembilan dari sepuluh startup akan gagal. Walau sulit untuk diterima, ini adalah kebenaran. Ada yang harus direnungkan dengan baik. Setiap wirausahawan baru yang sangat optimis pun sesekali butuh melihat kenyataan. Ini tidak dimaksudkan untuk mengecilkan hati pengusaha, tetapi untuk mendorong agar bekerja lebih pintar dan lebih keras.
Jadi, Seperti Apa Ciri-ciri Startup yang Berhasil?
Ada banyak karakteristik startup yang sukses. Kita memang tidak perlu mencatat semuanya, cukup kita tunjukkan beberapa faktor kesuksesan yang signifikan.
Produknya Tepat untuk Pasar yang Tepat
Majalah Fortune melaporkan alasan-alasan utama mengapa startup gagal: “Mereka membuat produk yang tidak diinginkan siapa pun.” Sebuah survei yang cermat terhadap startup yang gagal menentukan bahwa 42% dari mereka mengidentifikasi alasan terbesar untuk kegagalan mereka, yaitu “kurangnya kebutuhan pasar untuk produk mereka”.
Anda boleh menghabiskan banyak waktu untuk membuat produk, tapi pastikan Anda menghabiskan waktu untuk produk yang tepat, untuk pasar yang tepat.
Ide yang Hebat dan Tim Teknis yang Kuat Bukan Jaminan
Ide produk yang baik dan tim teknis yang kuat belum menjamin bisnis yang berkelanjutan. Jangan mengabaikan proses bisnis dan masalah-masalah perusahaan, hanya karena itu bukan pekerjaan utama. CEO berpikir begini: “tugas saya untuk memimpin,” CMO berpikir begini: “tugas saya untuk memasarkan,” Lalu orang IT berpikir begini: “tugas saya untuk membuat kode”
Tetapi startup tidak dapat membagi tanggung jawabnya seperti itu. Segalanya jauh lebih ‘fleksibel’ dalam sebuah startup, artinya peran dan tanggung jawab akan tumpang tindih. Hal-hal kecil dapat berubah menjadi hal-hal besar. Pengusaha sukses memahami bahwa mereka harus mengerjakan bisnis mereka dengan kemampuan yang maksimal.
Pada akhirnya itu dapat menghilangkan mereka dari masa depan di perusahaan itu. Jadi, kalau sudah memiliki produk hebat, memiliki tim yang kuat, apa lagi yang kurang?
[ Lanjut ke ‘Part 2’ ]