Kita sering melihat atau mendengar orang yang suka menggunakan angka-angka untuk menggambarkan sesuatu. Atau lebih tepatnya untuk menekankan sesuatu, ketika kata-kata mudah dilupakan. Meskipun angka tersebut bukan ukuran saklek alias harga mati, tapi setidaknya bisa menegaskan.
Pada artikel kali ini, dan sebenarnya sudah sering dibahas di artikel sebelumnya, kita akan bahas tentang entrepreneur mindset dari sudut pandang lain. Saat memutuskan untuk bekerja mandiri sebagai entrepreneur, artinya seseorang siap untuk melakukan sesuatu yang tidak banyak dilakukan orang.
Apa yang Diperlukan untuk Menjadi “Golongan 1%” Itu?
Mari kita lihat apa yang diperlukan untuk menjadi golongan satu persen itu. Satu persen adalah terdiri dari orang-orang pekerja keras yang bersedia untuk berpikir secara inovatif, mau menggunakan ilmu dan pengalamannya untuk mendorong pertumbuhan usahanya, dan tentu saja memiliki value dan bermanfaat bagi sesama.
“Golongan 1%” mengambil risiko, menunda kepuasan ketika banyak orang lain tidak mau melakukannya, tidak puas dengan kenyamanan, dan siap menjadi “golongan 1%”. Mereka adalah visioner yang melihat lebih jauh ke masa depan daripada sekadar laporan bulanan. Mereka menciptakan pekerjaan yang menyediakan banyak mata pencaharian bagi orang banyak.
Apakah Semua Orang Bisa Menjadi Entrepreneur?
Ada yang bilang bahwa “entrepreneurship bukan untuk semua orang”. Tetapi jangan kecil hati dulu. Yang benar adalah bahwa profesi entrepreneur mengharuskan Anda untuk melakukan hal-hal tidak dilakukan kebanyakan orang. Apakah kita sedang melebih-lebihkan pendapat tentang entrepreneurship? Ternyata tidak.
Memang ini adalah jalan yang tidak mudah, menuntut kesabaran, tidur malam yang berkurang, tekad kuat, kekuatan menerima pandangan miring dari luar, sambil bersiap untuk kegagalan, dan bangkit lagi untuk mewujudkan sesuatu yang benar-benar diinginkan. Lebih dari keberhasilan membeli rumah baru dan mewariskan hal-hal berharga untuk keluarga, tapi juga bisa sedekah lebih banyak, dan juga bisa membangun rumah yatim piatu.
Untuk Menjadi “Golongan 1%” Itu, Kita Mulai dari Mana?
Salah satu hal paling realistis yang dapat kita lakukan adalah mengkondisikan diri kita untuk melakukan sesuatu seperti mereka yang telah memiliki ilmu, pengalaman, dan skill yang diperlukan untuk ‘menjadi seperti yang Anda cita-cita’. Misalnya Anda benar-benar ingin menjadi seorang entrepreneur untuk jangka panjang, siapa sosok panutan Anda? Dengan siapa Anda langsung belajar tentang pengalaman bisnis?
Anda bisa saja memulai bisnis dengan apapun: ide baru, inovasi teknologi, atau meluncurkan bisnis yang telah teruji waktu yang menawarkan produk atau layanan yang selalu dibutuhkan konsumen, seperti bisnis kuliner misalnya. Jika Anda tidak memiliki modal finansial yang besar, tetapi Anda memiliki bakat dan ide, Anda mungkin menemukan orang lain yang bersedia memberikan modal mereka untuk membantu Anda memulai.
Sejak berabad-abad yang lalu, kita telah terbiasa dengan gagasan bahwa anak-anak muda sewajarnya belajar sebaik mungkin di sekolah dan universitas, sambil mengasah skill tertentu yang dibutuhkan di dunia kerja. Sangat ‘umum’ bukan? Apalagi kalau pekerjaannya menghasilkan bayaran yang sangat besar. Pada umumnya orang sangat nyaman dengan kemapanan. Ini sangat rasional dan masuk akal.
Tapi di luar kenyamanan itu, ada juga orang-orang yang berani mengambil keputusan berbeda. Barangkali mereka adalah “1 di antara 99 lainnya”. Mereka memiliki impian yang untuk mewujudkannya, mereka harus meninggalkan kondisi yang sudah ‘stabil’. Lalu mengapa membuang semua stabilitas dan penghasilan tetap?
Tidak semua orang bisa menghadapi situasi yang kurang stabil. Khususnya dalam hal entrepreneurship yang setiap hari membawa tantangan yang sama sekali baru dan berbeda. Tidak ada “deskripsi pekerjaan” yang Anda ikuti begitu saja.
Entrepreneur mendapat ‘evaluasi’ setiap hari. Lho, siapa yang mengevaluasi? Bisa dari partner, klien, stafnya, juga dirinya sendiri. Khususnya dari diri sendiri, artinya Anda tahu apa yang Anda hadapi, apa pelajaran yang Anda dapatkan untuk masalah dalam bisnis Anda.
Menjadi Bos untuk Diri Sendiri? Ini Syaratnya…
Anda adalah bos Anda sendiri, selamat! Sekarang Anda harus membuat rencana apa yang harus dilakukan. Upah Anda? Anda bisa mengaturnya sendiri atau Anda harus meyakinkan orang lain untuk ikut dengan Anda dalam ‘petualangan gila’ ini.
Saat Anda keluar dari pekerjaan, Anda memulai sebuah perusahaan, saat itu Anda tidak punya bos. Tetapi sekarang Anda memiliki customer, pengguna, investor, klien, dll. Seolah-olah Anda telah mengubah peran Anda untuk banyak orang.
Siapa lagi yang mungkin belum kita sebutkan? Ya, mereka adalah para karyawan. Mereka, pada saatnya, menjadi tanggung jawab Anda, bahkan mereka menaruh harapan pada diri Anda. Sebab diri Anda bagi mereka adalah perantara datangnya rezeki dari Tuhan dalam hidup mereka. Apakah ini berlebihan? Anda bisa menilainya saat menjalani sendiri. Meskipun ada tanggung jawab besar, entrepreneur bisa memberi manfaat yang luas.
“Entrepreneurship adalah Kehidupan, Bukan Sekadar Pekerjaan”
Seperti quote yang terkenal itu, bahwa “hidup adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan”, kita bisa melihat dengan pendekatan yang sama tentang entrepreneurship. Sekali lagi, jika Anda memang benar-benar ingin mendalaminya dan sedang melengkapi bekalnya. “Entrepreneurship adalah kehidupan, bukan sekadar pekerjaan”.
Mari kita pahami sekali lagi, makna yang lebih mendalam dari entrepreneurship. Ia adalah seseorang yang menyadari bahwa ia tidak akan bekerja lagi, hanya saja ia akan hidup secara berbeda. Tidak ada pekerjaan dari jam 8 pagi sampai 5 sore. Ini adalah kehidupan 24/7 di mana Anda memiliki keluarga yang harus dirawat sekaligus impian yang akan diwujudkan.
Bukan ‘Jalan Pintas’ untuk Menjadi Kaya
Seperti kehidupan sebelumnya, Anda menjalaninya, Anda mencintainya, Anda mengalami naik-turun, tujuan yang senantiasa diperbarui bersama tim, dan Anda harus menata pikiran Anda: bahwa ini bukan ‘jalan pintas’ untuk menjadi kaya. Ini adalah kesempatan untuk memiliki usaha dan kesempatan melihat bagaimana impian masa kecil Anda menjadi kenyataan, Anda dikelilingi orang-orang yang bersemangat dengan cita-cita yang sama, dan Anda maju bersama mereka.
Saat diberi kesempatan untuk gagal yang menghabiskan banyak uang dan waktu, jangan buru-buru panik atau merasa tidak pantas untuk melanjutkan pilihan. Tetapi miliki mindset bahwa Anda belajar sangat banyak dalam pengalaman itu sehingga Anda dan tim tetap maju ke depan.