Apakah Anda menginginkan kehidupan Anda naik level? Kita semua pasti menginginkannya, dalam bidang apapun yang kita tekuni. Pertanyaannya adalah: bagaimana caranya?
Cara yang kita tempuh akan sangat bergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Untuk mencapai tujuan besar, kita bisa mem-break down menjadi tujuan-tujuan kecil. Setelah itu, apa action yang tepat untuk dilaksanakan? Selama ini kita banyak mendapat saran-saran tentang to do list, yaitu daftar hal-hal yang harus kita lakukan agar lebih strategis dalam bergerak. Tapi apakah itu cukup?
Apakah kita hanya perlu fokus pada yang harus dilakukan? Bagaimana dengan hal-hal yang harus dihentikan? Inilah yang diungkapkan oleh Marshall Goldsmith dalam bukunya “What Got You Here Won’t Get You There” untuk bisa naik level, kita juga perlu TO STOP LIST—bukan hanya TO DO LIST. Bukankah sebenarnya kita sudah tahu apa yang harus dilakukan untuk bisa naik level. Tapi, yang kadang jadi hambatan adalah ketika kita tidak tahu apa yang perlu dihentikan.
Daftar isi
1. Winning too Much
Apa yang salah dari kemenangan? Kompetitif itu baik, karena akan membawa seseorang sampai di titik suksesnya. Namun adalah sebuah masalah tersendiri jika mulai berlebihan. Begini, memang tidak ada yang salah. Tapi keinginan untuk selalu menang di setiap situasi, itulah yang keliru. Apa contoh Winning too Much? Merasa selalu lebih tahu dan ingin agar orang terus mengikuti apapun yang kita katakan.
2. Adding too Much Value
Untuk meraih sukses, Anda memang perlu menambahkan nilai ke orang lain. Anda perlu memberikan ide-ide, masukan, saran, apapun itu yang bernilai. Namun sampai di titik ini, Anda perlu mulai menguranginya. Apalagi jika Anda seorang pemimpin. Coba bayangkan, apa yang akan terjadi di tim Anda bila Anda terus menerus menyuapi mereka dengan ide-ide Anda? Apakah mereka akan berkembang? Coba buktikan.
3. Passing Judgement
Kebiasaan yang harus perhatikan selanjutnya adalah saat saran dan masukan yang kita terima. Apa yang terjadi ketika kita diberi saran atau kritik oleh orang lain? Alih-alih menerima masukan mereka, kita malah menilai kualitas masukan mereka. Saat kita diberi masukan oleh orang lain berlatihlah untuk merespon dengan sikap positif dan ucapkan: “terima kasih, saya perlu masukan-masukan seperti ini”
4. Making Destructive Comment
Kadang kala kita tidak menyadari bahwa cara kita berkomentar dapat menyinggung atau merendahkan orang lain. Maka sebelum mengomentari apapun, pahami apakah komentar saya membantu mereka? Semua kebiasaan itu berakar dari: arogansi akan pengetahuan. Kita merasa sudah tahu banyak. Kita merasa bisa menjelaskan kenapa hal itu tidak berhasil. Kita merasa lebih pintar daripada mereka.
Bagaimana terapinya? Ada empat perilaku yang perlu dilatih. Pertama, terbuka terhadap feedback (umpan balik). Berterima kasihlah pada seseorang memberi umpan balik kepada Anda. Umpan balik itu mahal. Kedua, cobalah minta maaf. Jika Anda merasa salah atau orang lain menganggap Anda salah. Ketiga, listening. Berlatih mendengarkan, menyimak dengan sungguh-sungguh apa yang orang katakan kepada Anda.