08112652210 / 08112652244 info@akeyodia.com

Saat rekrutmen, SDM terbaik lah yang dipilih, pelatihan untuk karyawan kemudian diberikan, harapannya agar SDM yang ada itu bisa mengatasi masalah perusahaan. Tapi, walaupun semua upaya sudah dilakukan, kadang ada saja masalah yang muncul, salah satunya karyawan kurang greget. Entah karena apa sebabnya, tapi hal ini tidak bisa dibiarkan.  

Satu hal yang perlu kita ketahui bahwa karyawan yang kurang bagus performanya tidak cukup dilihat per individu saja. Setidaknya kondisi karyawan yang kurang greget itu perlu ditinjau dari beberapa hal.

 

Apakah Instruksi Sudah Jelas?

Coba kita mulai dengan yang satu ini: apakah instruksi untuk masing-masing orang, terkait pembagian kerjanya, sudah tersampaikan dengan jelas dan dipahami dengan baik oleh tim? Di sini anggaplah Anda seorang yang punya tanggung jawab kepemimpinan. Karena itu, mari kita lanjut ke pertanyaan berikutnya.

 

Apakah Pemimpinnya Bisa Diandalkan?

Setiap individu dalam tim diharapkan agar semestinya mereka bisa diandalkan dan berkomitmen sesuai tugasnya. Nah, sebelum melihat ke mereka, kita pastikan dulu: apakah pemimpin di dalam tim kerja yang dipimpin itu adalah orang yang memiliki komitmen dan memang bisa diandalkan? Atau justru sebaliknya, pemimpinlah yang membuat tim jadi kurang termotivasi.

Sekali lagi kepada pemimipin, apakah sudah berlaku tegas dan memahami apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan tujuan bersama? Tidak hanya berkata-kata, tapi juga pandai merealisasikan ke dalam perbuatan?

 

Bagaimana dengan Shock Therapy?

Beda orang, beda pula perlakuannya. Ada orang yang mudah termotivasi lagi dengan pertanyaan, pengarahan, dan sedikit teguran, tapi ada pula yang harus diberi peringatan cukup keras. Dengan kata lain, ada saatnya pemimpin harus bisa memberi shock therapy bagi karyawan yang terlalu santai, meremehkan, dan kurang greget, sampai ia mau berubah jadi lebih baik.

 

“Tapi, saya bisa produktif kerja di saat santai, jadi harus bagaimana?”

Barangkali ada yang mengagungkan slogan ini “santai tapi serius!”. Apalagi para pekerja kreatif yang tugasnya menghasilkan karya yang bisa dinikmati banyak orang. Bagaimanapun, suasana hati harus tenang dan mood-nya bagus.

Hati-hati, karena tidak semua memahami dengan cara yang sama. “Serius tapi santai” atau “santai tapi serius”? Bisa jadi porsi santainya lebih besar, sehingga berujung tidak produktif. Lalu yang seperti ini bisa menular ke temannya. Awalnya santai malah jadi malas. Ya memang terlalu serius itu juga bukan pilihan, tapi alangkah baiknya, masing-masing individu memahami ukuran dirinya: seberapa maksimal pencapaiannya saat dia santai. Lalu gaya kerja seperti apa yang cocok diterapkann diri sendiri?




VIDEO (VLOG) COACH EDWIN


Jangan lewatkan menonton video dari Coach Edwin tentang Life, Spiritual dan Bisnis untuk mendapatkan manfaatnya.


pelatihan pikiran bawah sadar

Program Kami

 

Jika Anda membutuhkan pembicara terkait motivasi, konsultasi berbagai masalah kehidupan / bisnis, Coach untuk menangani masalah yang Anda hadapi, silahkan konsultasikan kepada kami melalui whatsApp sekarang juga.



Apa Masalah Anda?




WhatsApp