Apakah Anda seorang pemimpin di sebuah perusahaan? Jika ya, apakah Anda sudah mendapatkan loyalitas dari karyawan dan pelanggan Anda?
Tugas siapa untuk menginspirasi orang-orang dalam tim agar melakukan pekerjaan dengan baik sekaligus memberi pelayanan terbaik bagi pelanggan? Tidak diragukan, seorang pemimpin dalam tim adalah kunci utama dalam membangun budaya tim dan menginspirasi semua orang untuk melakukan yang terbaik.
Seorang pemimpin bisa mendapatkan loyalitas dan kesetiaan orang lain yang dipimpinnya dengan berbagai cara. Misalnya menunjukkan empati terhadap anggota timnya, bertanggung jawab atas kebutuhan mereka, dan bersikap murah hati.
Yang perlu kita ingat: Kepemimpinan adalah pilihan, bukan posisi. Perusahaan dapat memberi Anda jabatan, tetapi itu tidak otomatis menjadikan Anda seorang pemimpin. Menjadi pemimpin yang disegani di dalam dan di luar perusahaan pun ada seninya.
Daftar isi
Dari mana datangnya loyalitas?
Anda bisa melihat orang-orang dalam tim sebagai staf, anak buah, karyawan, partner, atau bahkan murid. Apapun itu, loyalitas tim dalam perusahaan Anda berasal dari kepedulian yang tulus, yaitu saat Anda peduli terhadap pemikiran dan ide-ide mereka, dengan tulus ingin memahami tujuan mereka, kemudian bersama-sama mencapainya. Jika pemimpin bersedia untuk menghargai kontribusi karyawan, maka mereka pun akan menghormati dan loyal pada pemimpinnya.
Seperti halnya kesetiaan sejati datang dari perasaan yang mendalam di dalam diri Anda, kekuatan untuk menginspirasi juga berasal dari lubuk hati Anda. Ini pada dasarnya juga akan berpengaruh pada bagaimana reputasi perusahaan Anda di mata orang banyak. Anda akan menemukan bahwa memenangkan hati setiap pelanggan atau klien, itu bisa dimulai dari Anda sebagai pemimpin. Lalu prinsip apa saja yang perlu dikuatkan dalam diri seorang pemimpin?
Prinsip 1. Empati
Jika pemimpin ingin mendapatkan loyalitas, lalu apa yang diharapkan oleh tim dari pemimpinnya? Seorang pemimpin mendapatkan loyalitas tim ketika dirinya memiliki empati terhadap mereka. Tidak hanya untuk mendengar apa yang mereka katakan, tetapi juga ikut merasakan apa yang mereka rasakan. Dengarkan untuk mempelajari kisah yang tersembunyi. Mendengarkan untuk memahami adalah kunci untuk empati. Untuk menunjukkan empati, kita perlu membangun koneksi yang dekat dan manusiawi.Â
Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, seorang pemimpin bisa mendapatkan loyalitas dan kesetiaan orang lain yang dipimpinnya dengan berbagai cara. Misalnya menunjukkan empati terhadap anggota timnya, bertanggung jawab atas kebutuhan mereka, dan bersikap murah hati. Di Part 1 kita sudah mendeskripsikan tentang Prinsip 1. Empati. Selanjutnya adalah tentang tanggung jawab dan sikap murah hati.
Prinsip 2. Tanggung jawab
Pemimpin kepada timnya, tidak hanya memberi apa yang mereka minta, tapi secara aktif mengajak untuk mengambil tanggung jawab sendiri. alasan lainnya adalah bahwa apa yang diminta orang mungkin bukan yang benar-benar mereka butuhkan.
Bagaimana dengan hubungan ke luar perusahaan, khususnya pada pelanggan? Untuk melayani pelanggan atau rekan kerja secara bertanggung jawab, pemimpin perlu mengajukan pertanyaan yang bijaksana sehingga bisa tahu pekerjaan apa yang mereka butuhkan untuk dilakukan dengan mereka.
Prinsip 3. Sikap Murah Hati atau Kedermawanan
Ini mungkin terdengar agar abstrak, tapi seorang pemimpin akan mendapatkan loyalitas ketika ia bisa bermurah hati dengan orang lain, dan melakukan sesuatu dari hati dan memberi lebih dari yang diperlukan atau diharapkan, lalu bekerja dengan senang hati menemukan cara untuk membuat hidup orang lain lebih mudah dan lebih baik. Ini bisa berlaku di dalam maupun di luar perusahaan, kepada tim sendiri maupun kepada pelanggan.
Jika Anda bertanya-tanya apakah memang empati, tanggung jawab, dan kemurahan hati memang benar menjadi prinsip dasar seorang pemimpin yang disegani? Coba saja bayangkan yang sebaliknya: Bayangkan kalau Anda memperlakukan semua orang secara apatis, tidak bertanggung jawab, dan egois. Pada kenyataannya, itu tidak akan menghasilkan apapun. Bahkan, itu membuat pelanggan dan karyawan pergi.
Sampai di titik ini, coba Anda analisis diri Anda sendiri. Adakah 3 sikap itu dalam diri Anda? Tapi Anda pun bisa menambahkan sendiri prinsip lain yang lebih sesuai dengan diri Anda dan peran Anda. Dan percayalah bahwa ini adalah perilaku yang dapat dipelajari dan diadopsi oleh siapa pun di organisasi Anda.